Tokoh-Tokoh Dalam Pembebasan Irian Barat
1)
Yos Soedarso
Sultan Zainal Abidin Syah memegang
jabatan gubernur Irian Barat sampai tahun 1961, Selanjutnya beliau menetap
di Ambon hingga wafat pada tanggal 4 Juli
1967 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kapahaha Ambon, selanjutnya pada
tanggal 11 Maret 1986, pihak keluarga kesultanan Tidore memindahkan kerangka
Sultan Zainal Abidin ke Soa Sio Tidore dan disemayamkan di Sonyine Salaka
(Pelataran Emas) Kedaton Kie Soa-Sio Kesultanan Tidore.
3) Herlina Kasim
Herlina Kasim atau Sitti Rachmah Herlina (lahir di Malang Jawa Timur, 24 Februari 1941 – meninggal di Jakarta, 17 Januari 2017 pada umur 75 tahun) adalah salah
satu pejuang Trikora dan mendapat julukan
"Pending Emas”. Julukan pending emas ini tidak lain karena
Herlina mendapat penghargaan Pending Emas sebesar ½ kilogram (500 gram) pada
tanggal 19 Februari 1963 yang didasarkan oleh Surat Keputusan Presiden/Panglima
Tertingi Angkatan Perang Republik Indonesia/Panglima Besar Komando Tertinggi
Pembebasan Irian Barat No. 10/PLM.BS- Tahun 1963.
Sebelum menjadi
sukarelawati, bersama penduduk sekitar Herlina melakukan demonstrasi menentang
Dewan Boneka bentukan Belanda dan mengajak mereka yang bergabung untuk berjuang
merebut Irian Barat. Maluku sendiri kala itu menjadi garis depan yang kian
memanas menyusul dibentuknya Dewan Boneka bentukan Belanda di Irian.
Penghargaan yang cukup menarik ini diberikan kepada Herlina karena keberanian
dan kegigihan sebagai perempuan sukarelawati pertama yang berani terjun di
belantara Irian Barat semasa Operasi Trikora.
4) Soebandrio
Soebandrio (lahir di Kepanjen, Jawa Timur, 15
September 1914 – meninggal di Jakarta, 3 Juli 2004 pada umur 89 tahun) adalah
politikus Indonesia yang sangat berpengaruh pada masa pemerintahan Presiden
Soekarno.
Lulusan Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (GHS) ini pernah menjadi Duta Besar
Republik Indonesia di London, Britania Raya, pada tahun 1950-1954 dan Moskwa,
Uni Soviet, pada tahun 1954-1956
5) Ali Sastroamidjojo
Ali Sastroamidjojo, SH (EYD: Ahfli
Sastroamijoyo) (lahir di Grabag, Magelang, 21 Mei 1903 – meninggal di Jakarta,
13 Maret 1976 pada umur 72 tahun) adalah tokoh politik, pemerintahan, dan
nasionalis.
Ia mendapatkan gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) dari Universitas Leiden,
Belanda pada tahun 1927. Ia juga adalah Perdana Menteri Indonesia ke-8 yang
sempat dua kali menjabat pada periode 1953-1955 (Kabinet Ali Sastroamidjojo I)
dan 1956-1957 (Kabinet Ali Sastroamidjojo II).
Selain itu, Ali juga sempat menjabat sebagai
Wakil Menteri Penerangan pada Kabinet Presidensial I, Menteri Pengajaran pada
Kabinet Amir Sjarifuddin I, Amir Sjarifuddin II, serta Hatta I, dan Wakil Ketua
MPRS pada Kabinet Kerja III, Kerja IV, Dwikora I, dan Dwikora II.
6) Anak Agung Gde Agung
Putra sulung dari Dr.Ida Anak Agung Gde
Agung, seorang Menteri Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri pada masa
pemerintahan Presiden pertama RI Ir.Soekarno.
Karyanya yang bernama “Tri Hita Karana” yang
dia jelaskan dalam disertasinya ini dinilai oleh para professor Universitas
Leiden, Belanda, bersifat menyeluruh dan dapat diterapkan di berbagai
kebudayaan di dunia yang mengalami erosi. Penelitian yang dia kembangkan dapat
mengidentifikasi dengan pasti masalah dan bagaimana solusinya.
Nama : Soviah
Kelas : XII IPA 2






Komentar
Posting Komentar